Laksma Hargianto Online

Mama Selalu ingatkan Untak Sholat di Awal Waktu

SUMBAR | Masa kecil Apak cukup gelap bagi saya. Tidak banyak cerita tentang masa kecil Apak yang saya tahu. Tetapi, masa kecil Mama saya banyak tahu.

Sumber ceritanya dari Mama sendiri. Mama sering sekali mengulang-ngulang cerita tentang masa lalunya, sejak dirinya masih kecil, dan hampir semuanya diceritakan dengan nada sedih, kisah perjuangan hidup Mama.

Rasanya tidak pernah saya mendengar cerita Mama sebagai anak-anak yang gembira bermain dengan kawan-kawan seusianya, seperti anak-anak pada umumnya.

Kalau Mama sedang marah, atau kesal kepada saya, dan kepada anak-anaknya yang lain, beliau akan menceritakan sepenggal masa lalunya yang keras. Mungkin dengan mendengar ceritanya, Mama bermaksud agar anak-anaknya rajin, jangan mudah menyerah, dan harus bekerja keras.

Tujuannya agar anak-anaknya bisa mencapai kehidupan yang lebih baik dari beliau.

Dan, kami semua hafal cerita Mama. Memang, sebagai anak kecil, nasib Mama kurang beruntung. Beliau tidak lama menikmati kasih sayang ibu kandungnya. Ibunda Mama (nenek saya) meninggal ketika Mama masih kecil sekali. Saya menyebutnya nenek Bastiah. Tentu saja saya tidak pernah berjumpa dengan nenek Bastiah ini. Jadi, saya juga termasuk kurang beruntung karena saya tidak pernah bertemu nenek saya.

Setelah nenek Bastiah meninggal, Mama tinggal dan dibesarkan oleh Nenek Manih, adik dari Nenek Bastiah. Nenek Manih ini mendidik Mama kecil dengan disiplin yang tinggi. Tidak dibiarkannya Mama bersantai-santai. Ada saja pekerjaan yang diberikan kepada Mama. Kata Mama dalam ceritanya, hampir setiap hari Mama diingatkan jika ada hal yang tidak berkenan di hati Nenek Manih. Jadi, nenek Manih ini membuat mama menjadi orang yang berdisiplin.

Di rumah nenek Manih, Mama membantu beliau membuat rakik kacang atau peyek kacang. Mama juga membantu lapau kopi yang dibuka Nenek Manih di depan rumahnya.

Saya tidak tahu persis berapa umur Mama ketika itu, tetapi beliau selalu menyebutnya “ketika Mama kecil”. Nah, Mama yang masih kecil itu diminta mengerjakan berbagai hal

oleh Nenek Manih. Dari memasak, mengasuh adik, sampai mengambil kayu bakar. Kayu bakar ini diambil dari hutan dekat kampung mereka. Nama tempatnya Parak Gantiang. Lokasinya di sebuah lembah di hutan belantara. (rel)

https://hargianto.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

%d bloggers like this: